Bukan aplikasi chatting populer seperti Facebook atau Twitter yang digunakan oleh kelompok radikal dalam melakukan propagandanya dan merekrut anggota baru melalui internet. Tetapi melalui telegram. Telegram disini bukan telegram zaman jadul yang menggunakan kombinasi kode untuk menyampaikan pesan jarak jauh, melainkan sebuah aplikasi pintar yang tersedia hampir di semua platform berbasis desktop dan mobile.
Seperti kebanyakan aplikasi chatting populer lainnya semacama WhatsApp, LINE atau BBM, aplikasi Telegram menawarkan kemudahan bagi penggunanya untuk berkirim pesan teks, pesan suara bahkan pesan video. Bedanya, setiap pesan yang terkirim di Telegram akan terlebih dahulu di enkripsi. Dengan begitu, setiap pesan yang terkirim sangat sulit untuk dilacak.
Karena fitur dan kelebihan yang dimiliki oleh aplikasi Telegram itulah kebanyakan anggota kelompok radikal memanfaatkannya. Setiap pesan yang dikirim oleh mereka akan sulit untuk diretas dan diketahui karena telah terenkripsi.
Dikabarkan oleh laman reuters jika aplikasi Telegram ini digunakan oleh kelompok radikal saat menyebarkan dan mengklaim bertanggung jawab atas teror bom pesawat Rusia di Mesir bahkan saat teror di Paris yang terjadi beberapa waktu yang lalu.
Ditambah lagi kini media sosial raksasa seperti Facebook, Twitter semakin ketat memfilter akun-akun yang dicurigai terkait anggota kelompok radikal. Sehingga mereka kesulitan meyebarkan faham mereka disana. Meski Twitter dikabarkan telah memblokir lebih dari 5000 akun terkait kelompok radikal, Telegram belum melakukan langkah yang sama. Padahal, menurut analis terorisme yang bekerja untuk sekuriti Flashpoint, Alex Kassier, ada lusinan channel di Telegram milik kelompok radikal yang digunakan untuk melakukan propaganda, rata-rata chanel tersebut telah memiliki ribuan follower aktif.
Namun setelah berita ini mulai menyebar, akhirnya juru bicara Telegram angkat suara dan memastikan akan memblokir semua akun anggota kelompok radikal beserta chanel milik mereka yang ada di Telegram.
Meskipun sangat menyesalkan aksi teror di Paris, salah satu pendiri Telegram yaitu Pavel Durov tidak sepenuhnya menyalahkan kelompok radikal. Dia menyebutkan jika pemerintah Prancis juga harus bertanggung jawab atas tragedi itu karena kebijakan mereka seperti mengambil uang pajak yang sangat tinggi bagi pekerja di Prancis, menciptakan surga untuk imigran dari Afrika Utara serta memfasilitasi dan mendanai perang yang sama sekali tidak berguna di Timur Tengah.
Dalam mendirikan Telegram, Pavel Durov tidak sendiri. Dia dibantu oleh saudaranya Nicolay Durov. Sebelum mendirikan Telegram, dua bersaudara asal Rusia ini sempat membuat media sosial bernama VKontakte yang sangat populer disana. Keduanya kemudian kehilangan kontorol atas VKontakte kemudian memutuskan untuk hijrah ke Berlin guna mengembangkan Telegram.
Dua tahun berlalu, kini Telegram menjadi aplikasi perpesanan yang cukup populer terutama di platform Android. Kelebihan aplikasi Telegram yang utama adalah setiap pengguna bisa mengirim pesan terenkripsi secara cuma-cuma. Ada juga fitur yang memungkinkan penggunanya untuk mengirimkan video berukuran besar tanpa terdeteksi oleh pihak-pihak yang tak berkepentingan.
Tak sebatas itu, untuk membuka pesan di Telegram dibutuhkan izin kepemilikan perangkat yang dipakai oleh pengguna untuk mengakses pesan yang terenkripsi tersebut. Kedua bersaudara asal Rusia itu mengaku terinspirasi dari kisah mantan agen NSA, Edward Snowden, yang membeberkan jika pemerintah dapat menyadap internet dengan mudah. Atas dasar itulah, mereka menawarkan aplikasi Telegram yang memiliki tingkat keamanan yang tinggi.
Saat ini, Telegram tersedia dihampir semua platform yang ada. Seperti untuk perangkat mobile, aplikasi web, termasuk untuk platform desktop seperti Windows, MAC, MAC OS X dan Linux.
Untuk flatform berbasis mobile, Telegram tersedia untuk Windows Phone, iOS dan Android. Berikut adalah link download aplikasi ini:
Download aplikasi Telegram untuk Windows Phone disini.
Download aplikasi Telegram untuk iPhone / iOS disini.
Download aplikasi Telegram untuk Android disini.
Silahkan berkomentar dan berdiskusi. Bebas, namun tetap beretika serta bertanggung jawab!. Diskusi hendaknya masih berkaitan dengan artikel mengenai "Mengenal Telegram, Aplikasi Favorit yang Digunakan Kelompok Radikal".